Sejarah Perkembangan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Hadirnya Nabi Muhammad pada
masyarakat Arab membuat terjadinya kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi
ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk
hukum-hukum yang digunakan pada masa itu.
Berhasilnya
Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan yang dianut bangsa Arab. Dalam
waktu yang relatif singkat beliau mampu memodifikasi jalan hidup orang-orang
Arab.
Sebagaian dari
nilai dan budaya Arab pra-islam, dalam beberapa hal diubahnya dan ada pula yang
diteruskan oleh masyarakat Nabi Muhammad ke dalam tatanan moral Islam.
Hadirnya Nabi
Muhammad, sedikit demi sedikit merubah budaya-budaya yang tidak memanusiakan
manusia dalam artian budaya yang mengarah pada keburukan menjadi budaya-budaya
yang mengarah kepada kebaikan dalam payung Islam.
Budaya-budaya
yang mengarah kebaikan yang dibawa Nabi Muhammad pada akhirnya menghasilkan
peradaban yang luar biasa pada zamannya. Yang mana muara dari peradaban itu
semua ialah Islam.
Islam sangat
berperan penting dalam menciptakan peradaban yang luar biasa yang tercipta pada
masa zaman Nabi Muhammad. Dan aktor penting di balik itu semua tidak lain ialah
Nabi Muhammad sendiri. Nabi Muhammad tidak hanya sebagai Nabi melaikan ia juga
memerankan sebagai pengajar, pendidik, pemimpin, pemimpin militer, politikus,
reformis, dan lain-lain.
A. Nabi Muhammad SAW
Sebelum kita
membahas segala yang berhubungan dengan peradaban pada masa Rasulullah. Ada
baiknya kita membahas terlebih dahulu tentang Nabi Muhammad dan kehidupannya.
Ini penting untuk kita ketahui karena Nabi Muhammadlah aktor penting di balik
terciptanya peradaban islam yang luar biasa itu.
Nabi Muhammad
SAW lahir pada tahun gajah, tahun ketika pasukan gajah Abrahah mengalami
kehancuran.[1]
Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun 570 M (12 Rabiul Awal). Beliau lahir
tidak jauh dari ka’bah. Ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika beliau masih
dalam kandungan, sementara ibunya Aminah wafat sewaktu ia berusia 6 tahun.
Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya selama dua tahun, dan ia diasuh oleh
pamannya Abu Thalib.
Merupakan suatu
kebiasaan di antara orang-orang kaya dan kaum bangsawan Arab bahwa ibu-ibu
mereka mengirimkan anak-anak mereka ke pedesaan untuk diasuh dan dibesarkan
disana. Begitu pula Nabi Muhammad, setelah diasuh beberapa lama oleh ibunya,
beliau dipercayakan kepada Halimah dari suku Banu Sa’ad untuk diasuh dan
dibesarkan.
Nabi Muhammad
berada dalam asuhan Halimah hingga beliau berusia 6 tahun, lalu beliau
dikembalikan ke ibunya Aminah. Pada saat ibunya membawanya untuk menziarahi
makam ayahnya di madinah, ditengah perjalanan, tepatnya di Abwa, ibunya
menderita sakit dan menghembuskan nafas yang terakhir di sana. Dengan demikian
pada usianya 6 tahun, Nabi Muhammad sudah kehilangan kedua orang tuanya.
Dalam usia
muda, Nabi Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing
penduduk mekah. Melalui kegiatan pengembalaan ini, dia menemukan tempat untuk
berpikir dan merenung. Pemikiran dan perenungan ini membuat beliau jauh dari
segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga beliau terhindar dari berbagai macam
noda yang dapat merusak namanya.
Selain
mengembala beliau juga berdagang, ketika beliau tinggal bersama pamannya Abu
Thalib, beliau mengikuti pamannya itu berdagang ke negeri Syam, sampai beliau
dewasa dan dapat berdiri sendiri. Dalam perjalanan itu, dibushra, sebelah
selatan Syria (Syam) ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama buhairah.
Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad sesuai dengan petunjuk
cerita-cerita Kristen. Pendeta itu menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu
jauh memasuki Syria, sebab dikhawatirkan orang-orang yahudi yang mengetahui
tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.[2]
Sebagai seorang
pemuda beliau tidak mengikuti kebiasaan masyarakat di kala itu, yaitu minum
khamar, berjudi, mengunjungi tempat-tempat hiburan dan menyembah berhala.
Beliau sangat populer dikenal sebagai seorang pemaaf, rendah hati, berani, dan
jujur, sehingga ia dijuluki Al-Amin.
Ketika Nabi
Muhammad berusia 25 tahun, beliau berangkat ke Siria membawa barang dagangan
seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam
perdagangan ini, Nabi Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian
melamarnya. Lamaran itu diterima dan pernikahanpun segera dilaksanakan. Ketika
itu Khadijah berumur 40 tahun.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama masuk Islam dan banyak
membantu Nabi Muhammad dalam perjuangan menyebarkan Islam. Pernikahan itu
dikarunia enam orang anak, dua putra dan empat putri: Qasim, Abdullah, Zainab,
Ruqayah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu kecil. Nabi
Muhammad tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal dunia.
B. Gambaran Umum Dari Sifat Nabi Muhammad SAW
1. Nabi Muhammad adalah seorang yang mempunyai akhlak yang sempurna
Sungguh Nabi
Muhammad adalah ushwatun hasanah. Akhlaknya sebagai contoh bagi pribadi
seseorang maunpun masyarakat umum.[3]
Akhlak beliau telah begitu mulia semenjak beliau diciptakan atau dilahirkan,
sehingga masyarakat menjulukinya sebagai Al-Amin. Tak seorang pun menilai
beliau seorang yang pendusta ataupun penghianat.
2. Jujur
Jujur adalah
salah satu akhlak yang wajib dimiliki oleh manusia. Oleh karena itulah Allah
SWT berbicara dalam Al-Qur’an tentang sifat ini. Allah SWT berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
Ayat diatas
sebagai dalil bahwasannya masyarakat muslim wajib mempunyai sifat ini, karena
jujur merupakan kunci segala kebaikan.[4]
Dan Nabi Muhammad adalah contoh yang sempurna dalam hal ini. Sampai sebelum
beliau diutus saja beliau sudah bersifat jujur sehingga masyarakat Arab
menjulukinya Al-Amin.
3. Kasih Sayang
Kasih sayang
adalah salah satu dari sifat-sifat Allah SWT. Dan kasih sayang yang sangat
besar diberikan Allah SWT kepada umatnya ialah dengan mengutus Nabi Muhammad
kepada ummatnya, untuk membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam.
Tidak diragukan lagi bahwasannya Nabi Muhammad juga memiliki sifat kasih sayang,
ini dapat dilihat dari bagaimana ia memperlakukan anak kecil, orang-orang yang
lemah, para wanita, dan lain-lainnya.
4. Adil
Tidak diragukan
lagi bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang adil. Ini dapat dilihat dari
bagaimana ia menghakimi sebuah perkara dalam masyarakat Islam.
5. Mulia
Sebagai seorang
Nabi, sifat mulia sangatlah melekat di dalam diri Nabi muhammad. Ia merupakan
contoh yang sempurna bagi seluruh ummat.
C. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Peradaban Islam
pada masa Rasulullah SAW yang paling dasyat dan fenomenal adalah perubahan
sosial. Suatu perubahan yang mendasar dari masa kebobrokan moral menuju
moralitas manusia yang beradab. Peradaban pada masa Rasulullah SAW dilandasi
dengan asas-asa yang diciptakan sendiri oleh Rasulullah SAW di bawah bimbingan
wahyu yaitu Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan Masjid Quba’
Ketika
Rasulullah dan para sahabat hijrah menuju Madinah, orang-orang Anshar yang tak
lain adalah kaum Aus dan Khazraj menanti dengan antusias kedatangan Rasulullah
SAW. Tatkala Rasulullah SAW tiba, mereka keluar rumah dan menyambutnya dengan
penuh suka cita. Rasulullah SAW berhenti di Quba’ selama lima hari. Di Quba’
inilah Rasulullah SAW mendirikan masjid yang kemudian dikenal dengan sebutan
masjid Quba’. Ini adalah masjid pertama yang dibangun setelah masa kenabian.
2. Pembangunan Masjid Nabawi
Dikisahkan
bahwa unta tunggangan Rasulullah SAW berhenti di suatu tempat. Maka Rasulullah
SAW memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid. Rasulullah ikut
serta dalam pembangunan masjid tersebut. Beliau mengangkat dan memindahkan
batu-batu masjid itu dengan tangannya sendiri. Saat itu kiblat dihadapkan ke
Baitul Maqdis.[5]
Tatkala
pembangunan masjid selesai, Rasulullah memasuki pernikahannya dengan Aisyah
pada bulan Syawal. Sejak saat itulah Yatsrib dikenal dengan Madinatur Rasul
atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum muslimin melakukan berbagai aktivitasnya di
dalam masjid ini baik itu beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka,
berjual beli, dan lain sebagainya. Tempat ini menjadi faktor yang mendekatkan
di antara mereka.
3. Tegaknya Keadilan
Misi Rasulullah
SAW yang utama ialah memperbaiki moral dan masyarakat dan menegakkan sebuah
sistem kemasyarakatan berlandaskan keadilan yang jauh dari penindasan. Nabi
ingin menciptakan suatu masyarakat yang penuh keadilan dan penuh kasih sayang.
Ketika Nabi ingin mendirikan masyarakat seperti itu beliau berhadapan dengan
musuh-musuh keadilan dan musuh-musuh kasih sayang. Oleh karena itu,
keterlibatan Nabi dalam politik hanyalah sejauh menentang ketidak adilan dan
kezaliman.[6]
Beliau membuat
konstitusi berdasarkan musyawarah dengan orang Yahudi, Nashara, dan orang kafir
yang tidak beragama. Semua membangun hidup di kota Madinah. Kalau orang Yahudi
diserang, orang lain akan membantu; dan kalau orang Islam diserang, yang lain
pun akan membantunya. Madinah menjadi kota pluralitis yang dimiliki oleh
berbagai agama.[7]
Satu hal yang
terus ditegakkan oleh Nabi di kota Madinah ialah keadilan, termasuk keadilan
terhadap golongan lain. Dalam Al-Quran surah Al-maidah disebutkan:
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat diatas
menunjukakan bahwa perjuangan yang harus dilakukan adalah menegakkan keadilan.
Reformasi pertama yang dilakukan Rasulullah SAW adalah merubah masyarakat yang
berdasarkan penindasan kepada masyarakat yang berdasarkan keadilan. Salah satu
unsur masyarakat yang berdasarkan keadilan adalah masyarakat yang tunduk kepada
hukum. Semua orang tunduk kepada hukum; tidak ada orang yang bisa lepas dari
ketentuan hukum.
4. Persaudaraan Antara Kaum Muhajirin dan Anshar
Rasulullah SAW
mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian membagikan rumah yang
mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka. Persaudaraan ini
terjadi lebih kuat dari pada hanya persaudaraan yang berdasarkan keturunan.
Dengan persaudaraan ini, Rasulullah SAW telah menciptakan sebuah kesatuan yang
berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.
5. Kesepakatan Untuk Saling Membantu Antara Kaum Muslimin dan Non-Muslimin
Di Madinah ada
tiga golongan manusia. Kaum muslimin, orang-orang Arab, serta kaum Non-Muslimin
dan orang-orang Yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’).
Rasulullah SAW melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjadinya sebuah
keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu
dan toleransi di antara golongan tersebut.
6. Terbangunnya Umat Yang Berideologi Islam
Selain
mereformasi keadilan, Rasulullah SAW juga mengubah masyarakat dari sistem
sosial yang berdasarkan kesukaan, kekeluargaan, dan kelompok menjadi komunitas
yang berdasarkan ideologi Islam: dari perasaan kekabilahan ke sebuah sistem
yang berdasarkan pada ikatan keislaman atau ukhuwwah islamiyyah. Nabi mengubah
masyarakat yang diikat oleh kesetiaan kepada kelompok menjadi masyarakat yang
setia kepada Islam: dari kehidupan yang berdasarkan semangat suku dan fanatisme
kelompok kepada kehidupan yang didasarkan pada persaudaraan Islam.
Dalam
masyarakat Arab zaman jahiliah, orang-orang bergabung tidak dalam suku bangsa,
tetapi dalam kabilah atau keluarganya masing-masing. Misalnya, dalam kabilah
Bani Kinanah, Bani Quraisy, dan Bani Kilab. Kesetiaan seseorang bergantung pada
kabilahnya. Kalau ada tamu datang kepada satu kabilah, tamu itu bukan saja
menjadi tamu bagi seseorang, melainkan juga bagi seluruh kabilah itu. Orang
yang memusuhi seseorang dalam suatu kabilah, bukan saja menjadi musuh bagi
seseorang tersebut, melainkan juga musuh bagi seluruh anggota kabilah itu.
Kalau ada orang yang terbunuh di antara mereka, seluruh kabilah akan
membelanya. Tidak jadi persoalan apakah orang itu benar atau salah.
Nabi mengajari
bangsa Arab untuk meninggalkan seluruh kabilah itu. Mereka harus mencari
perlindungan yang satu saja, yaitu Allah SWT. Dengan kedatangan Nabi, semua
kabilah yang banyak itu seakan-akan disuruh memilih antara dua kabilah saja,
“kabilah” Allah SWT dan kabilah selain AllahSWT.
Al-Qur’an
menyebut kabilah selain Allah SWT itu sebagai Thaghut. Allah SWT adalah Maula
buat orang-orang mukmin. Dalam surah Muhammad Allah SWT berfirman:
Artinya: yang demikian itu karena Sesungguhnya Allah adalah pelindung
orang-orang yang beriman dan karena Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak
mempunyai Pelindung.
Allah SWT
menegaskan bahwa orang-orang yang masuk Islam harus meninggalkan kesetiaan kepada
kabilah-kabilah. Kesetian mereka itu harus dipersembahkan kepada satu maula
saja yaitu Allah SWT.
Inilah
reformasi kedua yang dilakukan oleh Nabi: mengubah masyarakat dari kesetiaan
kepada kelompok dan keluarga menjadi kesetiaan kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan
kaum Mukmin.
Allah SWT
menunjuk Rasul-Nya sebagai wakil Tuhan di bumi ini dan komunitasnya adalah
orang-orang beriman. Dasar yang mengikat kesetian kita kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya adalah kalimat syahadat: “Asyhadu an la ilaaha illa Allah wa asyhadu
anna Muhammadan Rasulullah”.[8]
7. Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial
Islam adalah
agama dan sudah sepantasnya jika di dalam negara diletakkan dasar-dasar Islam.
Rasulullah SWT dengan segala usahanya telah membentuk kota Madinah dalam
sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah
persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat di antara anggota
masyarakatnya. Dengan demikian, berarti bahwa inilah masyarakat Islam pertama
yang dibangun Rasulullah SAW dengan asas-asasnya yang abadi.
Secara
sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat Islam di
Yatsrib adalah: Pertama, Nabi Muhammad SAW mengubah nama Yatsrib menjadi
Madinah (Madinah Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah).
Perubahan yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang
menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad SAW, yaitu membentuk sebuah masyarakat
yang tertib dan maju, dan berperadaban. Kedua, membangun masjid,
membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat
saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin
dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Di samping
itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan. Ketiga, Nabi
Muhammad SAW membentuk kegiatan mu’akhat (persaudaran), yaitu mempersaudarakan
kaum Muhajirin dengan Anshar. Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum
muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad SAW membentuk
persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, di samping bentuk
persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan
darah. Keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang
tidak beragama Islam. Dan Kelima, Nabi Muhammad SAW membentuk pasukan
tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh.[9]
D. Sisi Lain Dari Rasulullah SAW
1. Rasulullah SAW Adalah Seorang Reformis
Seperti yang
telah disinggung sebelumnya bahwa misi Rasul yang utama ialah memperbaikai
moral masyarakat dan menegakkan sebuah sistem masyarakat yang berlandaskan
keadilan. Lalu apa reformasi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW? Reformasi
Rasul ialah berupaya untuk menegakkan sebuah sistem masyarakat berdasarkan
keadilan. Rasul tidak pernah berteriak-teriak ingin mendirikan negara Islam.
Rasul tidak pernah bersabda “marilah kita berjuang mendirikan negara Islam”.
Reformasi yang
dilakukan Rasulullah SAW tidak bertujuan membentuk partai atau mendirikan
negara Islam. Tujuan reformasi Rasulullah SAW ialah menegakkan keadilan, menentang
kezaliman, dan melawan penindasan. Seluruh ajaran Islam yang berkaitan dengan
politik tidak ada hubungannya dengan posisi dalam pemerintahan. Kegiatan orang
Islam memasuki kegiatan politik hanya untuk menegakkan keadilan dan
menumbangkan kezaliman.
Rasulullah SAW
adalah seorang reformis yang ideologinya adalah keadilan, dan yang
ditentangnya, sampai beliau melakukan peperangan, adalah kezaliman dan
penindasan. Itulah reformasi Rasulullah SAW yang pertama, menumbangkan
kezaliman dan menegakkan keadilan. Rasulullah SAW meletakkan keadilan di atas
segala-galanya.
Reformasi yang
kedua yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mengubah masyarakat dari sistem
sosial yang berdasarkan kesukaan, kekeluargaan dan kelompok menjadi komunitas
yang berdasarkan ideologi Islam. Dan ini telah dijabarkan sebelumnya di atas.
2. Rasulullah SAW Adalah Seorang Pemimpin Politik
Rasulullah SAW
adalah pemimpin kaum muslimin secara politik dan militer. Beliaulah yang
membawa mereka memetik kemenangan demi kemenangan.
Sukses tidaknya
seorang peminpin politik, tergantung pada banyak hal. Seorang pemimpin harus
memenuhi hal-hal berikut:[10]
1. Bisa
memahami seluruh sendi gerakan dakwah yang ia pimpin, mempercayai kebenarannya,
dan meyakini kemenangannya. Akhlak dan perbuatannya juga harus merupakan
cerminan dari apa yang sedang didakwahkan, sehingga, segala perbuatannya bisa
mendukung kesuksesan dakwah. Tidak malah membuat celah bagi musuh-musuhnya
untuk menyerang.
2. Mampu
menyampaikan dan meyakinkan seluruh ajaran dakwahnya kepada umat secara
terus-menerus.
3. Sanggup
membina, mengatur, dan mengarahkan seluruh orang yang mau dan telah menyambut
dakwah.
4. Dapat
menciptakan rasa saling percaya antara peminpin dan yang dipimpin.
5. Mengetahui
sisi-sisi kemampuan para pengikutnya.
6. Dapat
menyelesaikan berbagai masalah.
7. Mempunya
pandangan yang luas dan jauh.
8. Bisa membawa
pengikutnya menuju kemenangan.
9. Teliti dan
tepat dalam membangun negara, sebagai wadah politiknya, sehingga wadah itu bisa
selalu berkembang, dan bertahan dalam waktu yang lama.
Demikainlah
kiranya, ciri-ciri kesuksesan seorang pemimpin politik. Dalam sejarah, tidak
ada yang sesempurna Nabi Muhammad SAW. Kesempurnaan beliau, dalam hal ini merupakan
satu bagian kesempurnaan beliau yang banyak. Kesempurnaan, kesuksesan,
kemenangan, keistiqomahan langkahnya dan datangnya dukungan dari Allah SWT,
adalah bukti bahwa beliau benar-benar utusan Allah SWT, yang mendapat pembinaan
dan perlindungan langsung dari Allah SWT.
Rasulullah SAW
dengan segala kesempurnaannya telah mampu menciptakan sebauh negara yang
berlandaskan Islam. Tentu ini tidak diraih dengan mudahnya, butuh perjuangan
yang banyak dan sangat dari Rasulullah SAW sendiri dan juga para kaum muslimin
saat itu.
Begitu dasyat
perjuangan yang dilakukan Rasulullah SAW dan para kaum muslimin dalam
menciptakan sebuah peradaban yang berlandaskan Islam ini. Meskipun pada
hakikatnya ini bukanlah tujuan dari diutusnya Rasulullah SAW, melaikan ialah
untuk menyempurnakan Akhlak umatnya. Namun secara tidak langsung dari usaha
membentuk penyempurnaan akhlak itu tercipta lah manusia yang bermoral dan
berideologikan Islam dengan segala substansinya. Dan hasil akhir dari usaha itu
adalah terwujudnya suatu peradaban yang bermoral di dalam masyarakat yang
berlandaskan Islam.
Dari apa yang
diuraikan diatas dapatlah kiranya kita mengambil ikhtibar dalam perjalanan
membentuk suatu masyarakat yang bermoral. Sebuah usaha bagaimana memanusiakan
manusia, menciptakan keadailan di segala lini kehidupan yang berdasarkan hukum
yang jelas, serta membangun umat yang berideologikan Islam. Semua dapat kita
contoh dari apa yang dilakukan Rasulullah SAW kepada umatnya dalam kurun waktu
dakwahnya baik itu ketika di Mekah maupun Madinah.